Jumat, 30 Oktober 2015

Perjalanan Menuju Jerman (Aku Menyebutnya Hari "H") 20 Oktober 2014

Pagi hari tanggal 19 oktober aku bangun dengan semangat, hari itu adalah H-1 sebelum hari keberangkatanku. Semua barang-barang telah ku masukkan kedalam sebuah koper (hasil pinjaman) dan tas jinjing. Aku membawa sebuah koper berisi baju dan sebuah tas berisi mkanan, memang aku berencana untuk mengirit pengeluaran saat disana karena aku tahu beasiswa yang diberikan tidaklah banyak, sehingga permintaanku untuk ibuku tidak muluk-muluk yaitu untuk membuatkan aku beberapa makanan yang tahan lama (abon daging, dendeng, sambel goreng kentang, serundeng dll). Hari itu kuputuskan untuk menimbang berat kedua tasku itu, salah seorang teman memberi tahuku bahwa berat bagasi pada penerbangan ET*HAD tidak boleh lebih dari 30Kg, karena setiap kilogramnya akan dikenakan biaya tambahan yang pasti tidak murah. Setelah kutimbang ternyata berat total kedua barang itu adalah 28 Kg, itu masih terlalu berat untuk penerbangan domestik, kukeluarkan barang-barang yang tidak terlalu penting dan berat akhir yaitu sekitar 26 Kg, tidak ada pilihan lain. Keesokan harinya aku telah siap untuk berangkat, bersama keluargaku kita berangkat menuju Bandara Juanda, saat itu jam menunjukkan pukul 09.30 WIB, kami menghabiskan waktu dengan bercanda sambil menunggu jadwal keberangkatan. Setelah dua jam berselang, aku pamit kepada kedua orang tua tercinta, sangat terharu mendengar wejangan dan doa-doa dari beliau, saat kulangkahkan kaki memasuki area dalam bandara kulihat tangis bercamur senyum di raut wajah ibuku, "Bismillah aku berangkat" dalam hati. 


Suasana di dalam Pesawat ET*HAD
Seperti yang telah kuperkirakan sebelumnya, untuk penerbangan domestik (Cit* L*nk) aku dikenakan biaya tambahan Empat ratus lima puluh ribu untuk total kelebihan bagasi. Perjalanan udara Surabaya-Jakarta sekitar empat puluh lima menit, sampai di Bandara Sukarno-Hatta, aku langsung menuju terminal 2E. Entah apa yang aku pikirkan  lamunanku jauh melayang serasa tidak percaya dengan apa yang akan aku hadapi dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul Empat sore dan itu artinya Tiga puluh menit sebelum boarding room di tutup, dan payahnya adalah aku belum menemukan counter ET*HAD, setelah sempat beberapa kali menanyakan kepada petugas akhirnya aku berhasil menemukannya. Momen yang membuatku menarik nafas dalam-dalam adalah ketika aku pesawat serasa aku, aku memotret semua aktivitas didalam pesawat ini menggunakan kamera ponselku.  Sendiri, mungkin itu yang cukup menggambarkan keadaanku saat itu, didalam pesawat sebesar itu aku hanya duduk sendiri, entah apa yang membuat penumpang seat sebelahku tak kunjung datang sampai akhirnya pesawat Take Off, Hikmahnya adalah aku bisa lebih maknai perjalanan ini sebagai perjalanan spiritual. Aku benar-benar takjub dengan pemandangan sinar lembayung senja yang menyinariku dari belakang seakan mengucapkan salam perpisahan kala itu. Tepat diatas samudera Hindia (kulihat di map) kurasakan turbulensi udara untuk pertama kali, saat itu memang cuaca diluar sedang tidak bersahabat, pilot memutuskan untuk menaikkan ketinggian pesawat  sehingga lampu seat belt hidup yang membuat aku sedikit khawatir, but everything was fine. 


Boarding Room Abudhabi Int. Airport
Setelah beberapa jam perjalanan udara akhirnya aku sampai di Abu Dhabi Int. Airport, landing yang cantik untuk ukuran pesawat besar, airport yang keren dengan mall di dalamnya, serta keamanan yang juga tak kalah strict.  Setelah sempat mengelilingi dan melihat kerennya salah satu airport tersibuk di dunia ini, sampailah aku di boarding room untuk menunggu jadwal keberangkatan penerbangan berikutnya Abu Dhabi-Frankfrut. Tepat jam 01.00am waktu indonesia di jam tanganku, aku memasuki pesawat yang akan membawaku meuju Frankfurt. Perjalananku kali ini tidak sendiri, aku ditemani oleh seorang yang berprofesi sebagai dokter dari Malaysia (aku lupa namanya) yang tujuannya untuk berlibur ke Jerman. Sebelum pesawat landing, dia memberikanku beberapa potong roti isi untuk aku bawa sebagai sarapan setelah nanti sampai di Frankfurt, tentu aku tidak bisa menolaknya "Alhamdulillah, baik sekali abang ini" dalam hati. 

ET*HAD PLANE
Pesawat yang kita tumpangi landing dengan selamat di landasan pacu Frankfurt Int. Airport (pukul 07.00 Waktu Jerman). Pertama kalinya ku injakkan kaki ke salah satu negara di Eropa (read Jerman) benar-benar bagaikan mimpi. Segera kulakukan Baggage Claim dan aku langsung mencari mushola, ya dijerman kita tidak bisa menemukan Musholla seperti di Indonesia atau bahkan di Abu dhabi yang di setiap Boarding Room ada Mushollanya, Sholat dengan duduk tak jadi masalah menurutku saat itu. Satu lagi, tidak seperti di Soekarno-Hatta Int. Airport, disana tidak ada trolley gratis yang semuanya harus bayar tentu itu aku hindari selain karena tubuhku masih kuat membawa barang seberat 26 Kg ditambah 1 tas punggung namun alasan utamanya adalah untuk hemat. Hal lain yang saat itu aku khawatirkan adalah dengan isu yang menyebutkan, jika berkunjung ke Eropa dan kita memiliki nama yang berbau islam, maka kita akan dipersulit karena dicurigai salah satu jaringan teroris, namun hal tersebut tidak terbukti. Saat di imigrasi aku hanya menunjukkan dokumen-dokumen yang lengkap dan ditanya tentang tujuan datang ke Jerman, karena aku memiliki surat LoA serta tujuanku jelas, Alhamdulilllah aku dipersilahkan melalui pintu keluar yang artinya sudah resmi tiba di Jerman.  Saat itu, aku telah membuat janji dengan seorang yang berasal dari Cirebon bernama yangming yang sedang kuliah di frankfurt untuk sedikit membantuku. Awalnya aku menunggu di luar gedung bandara, namun setelah 15 menit berada di luar, aku putuskan untuk masuk kembali kedalam bandara karena yang awalnya kukira dinginnya udara paling tidak sama seperti malang ternayata aku salah, saat aku melihat perkiraan cuaca yang jelas tertuliskan 8'C. 


Pemandangan dari dalam Kereta
 Akhirnya aku bertemu dengan mas Yangming membantuku untuk menuju Stasiun (HauptBhanhof) dengan menaiki Skyline Train. Setibanya di Frankfurt Hauptbahnhof, sebelum melanjutkan perjalanan ku putuskan untuk sarapan bersama mas yangming dengan beberapa potong roti isi yang kudapat dari teman di pesawat tadi. Pukul 9.00 tepat aku berangkat menggunakan kereta ICE (kereta tercepat di Jerman) aku tinggalkan frankfurt menuju Mainz (ganti kereta IC) dan dilanjut menuju Bonn. Selama perjalanan di dalam kereta, aktivitasnya masih relatif sama yaitu melamun dan bersyukur karena masih belum percaya saat itu aku benar-benar berada di Jerman. Perjalanan kira-kira menghabiskan waktu selama empat jam, namun perjalanan saat itu tidak ada kata membosankan karena kontur alam yang berbeda dan indah sehingga aku sangat menikmati perjalanan tersebut, sempat melewati kota kecil di lereng bukit yang unik serta sungai bersih jauh dari pemandangan kotor karena sampah.

Bonn HaupthBahnhof
"WILKOMMEN IN BONN" kalau tidak salah seperti itu tulisan yang tertera di dinding Bonn Hauptbahnhof,  Alhamdulillah akhinya sampai juga di kota penuh sejarah didalamya, Bonn adalah kota yang pernah menjadi Ibukota Bundes Republik Deutschland saat Jerman masih terbagi antara Jerman Barat dan Jerman Timur, selain itu kota Bonn dikenal dengan United Nation City karena di kota ini terdapat gedung United Nation, serta dikenal juga sebagai city of Beethoven seorang musisi kelas dunia yang lahir di kota kecil nan indah ini. Aku telah ditunggu oleh dua orang baik hati yang mau membantuku selama tinggal di Jerman yaitu Pak Taufik (asal jakarta) dan Bang Afiat (dokter dan dosen FK UNPAD), keduanya merupakan PhD student yang tinggal di Bonn. Pak Taufik dan Bang Afiat menjamuku di kedai makanan Turkey dekat HauptBahnhof. Setelah menikmati makanan Turkey yang lezat dan belum pernah aku rasakan sebelumnya, pak Taufik pamit pulang (arah flat beliau tidak searah) sedangkan aku dan Bang Afiat langsung bergegas menuju ke flatnya yang terletak di dalam kampus Uniklinikum Bonn (Universitas Khusus Kesehatan) dengan menggunakan Bis dengan nomor 603. Untuk beberapa hari, Bang Afiat bersedia menampungku tinggal bersama di Flatnya.
to be continued......

Welcome Food


1 komentar:

MBAH JAYA WARSITO mengatakan...

KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomornya yang AKI
berikan 3 angka [219] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main NOMORl
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA WARSITO,,di no (((085-342-064-735)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 790 JUTA , wassalam.