Minggu, 25 Oktober 2015

Persiapan Keberangkatan Program Student Exchange IGN-TTRC


Hari seakan bergulir dengan cepat, saat itu  ada tiga tugas yang harus aku kerjakan dalam satu waktu karena memang sudah kewajibanku. Pertama adalah revisi naskah skripsi, mempersiapkan dan melaksanakan tanggungan PKM (alhamdulillah tahun 2014 tim yang digawangi oleh Ajeng Maharani, Novanda Asri, aku, serta Washilul Arham berhasil masuk PIMNAS 27 dibawah bimbingan Bu evi Dosen Farmasi) dan tentu persiapan keberangkatan. Kali ini saya akan banyak bercerita tentang suka duka dalam mengumpulkan berkas persiapan keberangkatan. 


Ada beberapa berkas yang harus dilengkapi jika ingin melakukan perjalanan keluar negeri untuk pertukaran pelajar, sebenarnya tidak banyak yang harus disiapkan seperti Pasport ID, travel insurance, Letter of  Acceptance (dari konsorsium dan juga dari pihak universitas yang bersangkutan) dan tiket pesawat PP. Langkah pertama yang saya ambil adalah menghubungi Prof. Nellen sebagai ketua konsorsium IGN-TTRC untuk segera memberikan saya surat keterangan resmi diterima sebagai peserta student exchange 2014 dan juga menghubungi Dr. Sabine specht sebagai calon supervisor saya di Jerman nanti. Tidak susah untuk mengusahakan surat rekomendasi dari seorang Professor Nellen, setelah sempat beberapa kali saya email beliau langsung mengirimkan saya surat rekomedasi yang saya minta. Bukan hidup namanya jika tidak ada kesulitan dalam sebuah proses, kesulitan itu saya rasakan saat beberapa kali saya mengirimkan email permohonan LoA kepada calon supervisor saya di Jerman namun tidak ada respon. Saya selalu berkomunikasi dengan tiga orang teman lainnya yang juga mendapat kesempatan untuk ke Jerman, mereka mengutarakan bahwa sangat mudah untuk mendapat LoA dari calon supervisornya, tapi "kenapa saya sampai saat itu belum dapat? padahal kemarin sepertinya tidak seperti ini saat meminta beliau untuk bersedia menjadi supervisor" dalam hati. Saya sangat mengerti dengan kesibukan beliau, namun saya juga sangat ingin menyelesaikan alur persiapan berkas. Diposisi itu saya dituntut untuk lebih sabar, berusaha lebih intens menghubungi beliau dengan mengirimkan email di waktu-waktu yang tepat (perbedaan waktu indo-jerman sekitar 5 jam), meminta pendapat ketua konsorsium mengenai hal itu (sempat dihubungkan secara langsung), meminta bantuan pembimbing skripsi untuk menghubunginya namun masih belum ada respon dari beliau. Semua teman-teman telah mendapat LoA dan akan segara menyelesaikan pengurusan Visa di kedutaan besar Jerman Jakarta, namun saya masih belum mendapatkannya, sempat saya berfikir bahwa mungkin jika sampai deadline pengajuan pembuatan visa saya masih belum mendapatkan LoA saya putuskan untuk berusaha mengikhlaskannya. "Allah tidak akan menguji seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS-Al Baqarah:286)" Sampai suatu malam, pada saat saya sedang lembur kerjaan di lab. saya mendapatkan sebuah email dari beliau yang menyatakan kesibukannya keemarin dan menyanggupi untuk segera mengirimkan LoAnya kepada saya, saya pun sangat gembira membaca hal itu, akhirnya selang beberapa hari saya mendaptkan Officially LoA dari beliau (Alhamdulillah Allahu Akbar). Perjuangan belum selesai, selanjutnya adalah perjuangan dalam pencairan uang untuk pembelian tiket PP Jakarta-Frankfurt. Banyak orang bilang bahwa hal yang berhubungan dengan uang adalah yang paling sensitif, sebisa mungkin saya sudah mencoba dengan cara yang sehalus mungkin  untuk meminta uang pembelian tiket segera dikirim, sempat ada beberapa kali miss komunikasi namun akhirnya uang berhasil saya pegang (1000 Euro).

Sekali lagi saya bersyukur banyak memiliki dosen-dosen pembimbing yang sangat perhatian (Bu kartika, Bu Rike, Bu Yunita, dan Bu Murti) beliau banyak menyemangati dan memberi masukan dalam proses ini baik dari segi persiapan berkas ataupun persiapan materi yang akan dikerjakan di Jerman. Salah seorang dosen mengenalkan saya pada seorang travel agent yang Alhamdulillah banyak membantu saya dalam hal pengurusan tiketing, travel insurance dan juga appoinment dengan Kedutaan Besar Jerman di Jakarta. Beliau menyarankan untuk mengambil asuransi dari *CA dan beliau memilihkan jadwal penerbangan yang pas untukku menggunakan maskapai ET*HAD, total yang saya harus bayar ke beliau sebesar lima belas juta delapan ratus rupiah. Setelah sudah jelas tanggal keberangkatan dan kepulangan, travel insurance beres, Pasport ID di tangan, LoA sudah di print dan Appoinment sudah dibuat.

Tiba saatnya untuk pembuatan visa pertama, Perjalanan yang panjang serta melelahkan dari jember-Jakarta menggunakan kereta ekonomi (jangan ditanya alasan, sudah pasti alasannya cari murah) perjalanan sekitar 22 jam dan itu sendirian (eh udah biasa sendiri sih). Akhirnya tiba di jakarta, keesokan harinya segera kupersiapkan diri untuk segera bergegas dan berangkat menuju ke daerah Kuningan-Jakarta Pusat, sekitar jam 08.30 WIB kami sampai di sekitar bangunan Kedubes Jerman, dikelilingi pagar yang tinggi berwarna hijau dengan kamera pengawas disetiap sisi dan petugas keamanan yang bertugas selalu siap siaga. Ku perhatikan sekeliling sambil menunggu kurir travel agent mengantarkan beberapa berkas persyaratan yang harus kubawa sebagai persyaratan permohonan pembuatan visa. tepat jam 09.00 WIB ku ptuskan untuk memasuki area Kedubes, sebelum memasuki area kita akan diberi beberapa pertanyaan seperti "sudah buat appointment? atas nama siapa? bisa menunjukkan KTP atau ID?" setelah dipersilahkan masuk, kita diminta untuk meletakkan semua alat komunikasi dan bahan yang terbuat dari metal kedalam sebuah nampan,  diperiksa kembali menggunakan metal detector setelah dinyatakan free baru dipersilahkan memasuki gedung. Kesan pertama ketika memasuki area tersebut adalah keamanan tingkat tinggi dan lingkungan sekitar yang asri dan hijau sangat nyaman dipandang. Kumasuki ruangan di salah satu lantai dan tampak beberapa orang sedang menunggu antrian, tak banyak yang bisa kulakukan hanya karena semua alat telekomunikasi sudah diserahkan ke petugas keamanan,  akhirnya hanya terdiam memperhatikan sekeliling dan menunggu giliran untuk dipanggil. Tepat pukul 09.45 WIB (tepat seperti jadwal yang tertera pada lembar appointment) nama saya dipanggil oleh seorang petugas, langsung saja ku serahkan beberapa persyaratan pengajuan permohonan visa, namun ada selembar surat yang memang tidak diminta tetap ku lampirkan yaitu Surat Keterangan bebas biaya pembuatan Visa dari DAAD jakarta, sebelumnya info yang saya dapat jika ingin membuat visa semua biaya pembuatan visa dibebankan pada pemohon, namun saya mencoba melobi pihak DAAD jakarta agar saya mendapat visa gratis dengan mengirimkan email langsung dan akhirnya saya berhasil mendapatkan Visa gratis (Alhamdulillah). Proses permohonan tidak begitu lama sekitar 30 menit, pelayanannya sangat professional dan cepat, setelah itu petugas menyatakan untuk kembali mengambil visa terhitung sejak 14 hari setelah hari itu, saya mengajukan untuk mengambil visa di Konsulat Jendral Jerman di Surabaya ternyata hal tersebut bisa dilakukan. 14 hari telah berlalu, dengan mendatangi KonJen Jerman di  Surabaya akhirnya aku mendaptkan satu tiket penting untuk keberangkatanku yaitu VISA JERMAN pertama....... ^_^

 to be continued.......


Tidak ada komentar: