Minggu, 01 November 2015

First Week in Unknown Place (Bonn, Germany)


daun-daun sudah menguning (winter, suhu  8 derajat Celcius)
 Setelah sampai di flat Bang Afiat malam harinya aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya Jet Lag, mata tidak bisa terpejam meskipun rasanya badan sudah capek dan ingin istirahat dan akhirnya keesokan harinya bangun dengan tidak merasa segar. Pagi hari aku harus segera bergegas mempersiapkan diri untuk hari pertamaku masuk lab. Pagi itu aku menuju institut (IMMIP-Uniklinikum Bonn) ditemani Bang Afiat, yap hari pertama selalu mempunyai cerita menarik yang tak bisa dilupakan. Memasuki gedung yang memiliki banyak ruangan yang digunakan untuk laboraturium, jika tidak salah ada beberapa laboraturium untuk Medical Mikrobiology, Virology, Parasitology dan Immunology. Bang Afiat menjelaskan banyak hal tentang rungan labotraturium dan apa yang dikerjakan didalamnya, tentu sebagai orang asing aku banyak bertanya ke Bang Afiat saat itu, selain itu bang afiat juga mengenalkan beberapa orang yang kita temui di lorong saat akan menuju ke ruangan Bang Afiat di Lantai tiga. Beberapa orang yang ku temui mereka sangat baik dengan menanyakan beberapa hal kecil, dari percakapan kecilku itu menunjukkan ada yang salah dengan diriku. Ternyata ada juga orang Indonesia yang sedang internship sepertiku, namanya Mbak Ajeng beliau adalah Dokter dan Juga Dosen FK UNPAD yang membedakannya pasti tingkat penelitian yang di ambil sudah "HQ". Banyak menghabiskan waktu dengan berkeliling disekitar gedung IMMIP, akhirnya aku meminta izin untuk sementara duduk di ruangan Bang Afiat, dalam satu ruangan Bang afiat tidak sendiri dia bersama tiga orang PhD student lainnya. Entah mengapa rasanya sangat susah untuk berkomunikasi dengan orang-orang ini pada saat itu sehingga aku lebih banyak diam dan baru berbicara jika mereka bertanya tentu sekenanya saja. 

Meja Kerja (sengaja diberantakan)
Tanpa disengaja Bang Afiat dan aku bertemu dengan supervisorku Dr. Specht beliau adalah seorang PD (asisten Professor) di institut tersebut, beliau menanyakan beberapa hal dan memintaku untuk menemuinya di ruangannya sore itu. Sore harinya aku menepati permintaannya untuk menemuinya di ruangan beliau, beliau bermaksud untuk menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan penelitianku yang akan ku kerjakan disana. Beliau memulainya dengan percakapan ringan mengenai perjalanan, dan kesan pertama mengenai Jerman dan penginapan serta biaya untuk aku tinggal disana, aku menjawab sekenanya saja dan akhirnya pertanyaan yang ku takuti itu muncul juga "lets discuss about your project" oh my god, saat itu aku benar-benar seperti ditodong. Entah mengapa dari pagi hari sepertinya aku merasa kehilangan sesuatu dalam diriku, aku melupakan bagaimana cara berbicara bahasa inggris, ini benar-benar terjadi padaku.  Tahu apa yang kulakukan saat itu adalah, banyak meminta maaf karena aku tidak bisa menjelaskan hal itu kepada beliau namun akhirnya aku sedikit memberi gambaran tentang proyekku dengan menggunakan gambar, layaknya anak SD menggambar aku menggambar orang-orangan, nyamuk yang sangat jelek, beberapa panah keatas dan kebawah untuk menunjukkan peningkatan/penurunan, moment dimana aku sangat merasa gagal dan menyesal mengapa bisa orang sepertiku yang berangkat ke sini, orang yang bahasa inggrisnya sangat dibawah standart. Akhirnya beliau memaklumi dan menyarankan aku untuk pulang dan istirahat. Aku menceritakan hal itu pada Bang Afiat dengan nada sedikit kesal dengan diriku, namun sungguh bersyukur dikenalkan dengan seorang Bang Afiat, dia memberiku semangat untuk bangkit, aku harus benar-benar berusaha belajar jangan sampai membuat malu nama institusi universitas dan pihak konsorsium yang telah memilihku. Aku sadar akan "no pain no gain" dan "aku harus bangkit dan mengusahakannya".  Aku coba menghubungi supervisorku di Indonesia untuk memberikan aku saran, akhirnya beliau mengirimkan aku beberapa materi untuk aku pelajari dan untuk aku sampaikan kepada supervisorku disini.

  
Kira-kira aku membutuhkan tiga hari untuk penyesuaian diri, sebelum aku benar-benar bisa membiasakan diri berada di lingkungan yang tidak biasa aku hadapi sebelumnya. Ternyata benar, semua butuh proses selang tiga hari kemudian aku mulai bisa memulai percakapan dengan member lab lainnya, bahkan sudah mulai bisa mengajak beberapa teman untuk sekedar bercanda ya walaupun aku tahu bercandaanku gak lucu bagi mereka dan mereka mengusahakan untuk tertawa (aku adalah tipikal orang yang suka bercanda). Akhirnya dengan bekal beberapa materi dari Bu Kartika aku menjelaskan maksud dan tujuanku datang ke lab beliau, beliau memberikan beberapa kemungkinan yang bisa aku lakukan dan setelah diskusi panjang dengan Supervisorku di Indonesia juga diputuskan aku melakukan dua penelitian, yang pertama adalah berkaitan dengan kultur sel PBMC (Pheripheral blood Monouclear Cell) dan kultur sel Plasmodium falciparum , untuk kultur sel PBMC aku disarankan untuk banyak berguru pada ahli PBMC di lab itu yaitu seorang PhD Student bernama Katawa, dan untuk belajar mengkulturkan sel plasmodium aku disarankan untuk belajar pada seorang teknisi bernama Martina. Kedua orang ini sangat banyak membantuku selama aku belajar di Lab tersebut, dari segi skill menggunakan alat yang sebelumnya belum pernah aku tahu, dan juga beberapa tehnik yang baru aku pelajari dalam mengkulturkan sel.
Uniklinikum Bonn, Germany

Selain mengenai urusan lab, aku juga dituntut untuk segera mendapatkan Flatku sendiri. Supervisorku disini sangat baik, beliau juga mengusahakan beberapa alternatif flat selain aku juga mencarinya, sempat beliau menawarkan untuk tinggal bersama dengan keluarga Jerman namun aku tidak begitu tertarik. Sampai akhirnya aku mendapat kabar baik dari salah seorang PhD student dari Indonesia yang mau membagi kamarnya denganku, Bang Ghiffari namanya beliau adalah dokter sekaligus Dosen di FK UNSRI. Tidak terkejut memang semua orang Indonesia yang disini adalah seorang dokter karena Uniklinikum adalah Universitas yang Khusus menyediakan focus dibidang kedokteran dan kesehatan. Aku putuskan untuk memilih tinggal bersama bang Ghiffari sekamar dan seorang temannya yang berasal dari Nepal bernama Ramesh. Kami bertiga hidup damai di rumah kecil di halaman belakang rumah seorang Janda Tua bernama Erika (seorang native yang tinggal sendiri namun mengenal baik Internet dan teknologi) di Lessenich Kapelle, Laurentius strasse-Bonn.

Prosesi pembuatan bakso ala anak Venusberg
Minggu pertama untuk menyambut kedatanganku (GeeR) para abang-abang yang telah lama tinggal di Venusberg = Gunung Venus (nama daerah Uniklinikum Bonn) mengadakan pesta kecil-kecilan dengan acara membuat mie Bakso dan ketan hitam. Seorang PhD student yang juga seorang dokter lulusan UNDIP bernama Bang Muhammad membawa bubur ketan hitam, kami sudah membeli beberapa bahan untuk membuat mie bakso seperti Mie indomei (kalo di Bonn harga  satu bungkus Indomie sekitar 10.000 rupiah hanya di jual di Asian Mart), daging yang halal (dibeli di toko Turki) tepung dan beberapa macam bumbu. Cukup menyenangkan kegiatan itu dengan suasana kekeluargaan yang hangat (karena udara diluar cukup dingin), itu pertama kalinya aku membuat bakso dan memakan hasil masakanku yang rasanya luar biasa. Namun kami tidak sadar dengan kehadiran Ramesh di rumah itu yang notabene agamanya adalah Hindu yang menganggap sapi adalah dewa, “it’s so rude right”…. Kita dengan riang membuat bakso daging sapi, maafkan kami brother. to be continued.....


Formasi Lengkap Genk Venusberg 

1 komentar:

MBAH JAYA WARSITO mengatakan...

KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomornya yang AKI
berikan 3 angka [219] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main NOMORl
yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA WARSITO,,di no (((085-342-064-735)))
insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 790 JUTA , wassalam.