Kali ini aku akan banyak membahas tentang
cerita-cerita mencari makanan halal di Negara yang mayoritas adalah non-muslim.
Hidup di Negara maju seperti Jerman mungkin adalah impian setiap orang , namun
sebagai muslim hidup di negara mayoritas non muslin sudah pasti memiliki cerita
tersendiri dan dari sisi makanan dari sisi beribadah. Pertama aku akan
bercerita tentang bagaimana cara mendapatkan makanan seratus persen halalan
thoyyiban. Pada saat sebelum berangkat ke jerman supervisorku di Indonesia
sangat menekankan arti pentingnya makanan sebagai seorang muslim, Bu Kartika
mengatakan bahwa makanan bagi seorang muslim lebih dari sebagai pemuas nafsu
lapar, namun ada arti ibadah didalamnya “apapun yang kita makan akan menjadi penentu
akan dikabulkan atau tidaknya doa kita. Berada di Negara orang ada satu yang
harus kita jaga yaitu adalah doa, jika
kita tidak bisa memilih makanan yang masuk kedalam perut kita maka rugilah
kita” kira-kira beliau mengatakan hal yang demikian. Kata-kata itu seperti
terus terekam dalam memori, untuk sebisa mungkin menjauhi makanan haram.
|
Bersama dua orang keren Mbak Ajeng (left) Bang Afiat (right) |
Dalam cerita suatu hari aku dan Bang Afiat membeli
kebutuhan sehari-hari di sebuah supermarket (penny), masih ingat sekali Bang
Afiat memberi informasi tentang bagaimana memilih makanan halal, sebagai muslim
harus benar-benar cermat dan teliti dalam membeli produk makanan di Negara non
muslim. Singkat cerita kita telah membeli beberapa makanan dan kebutuhan
lainnya, keesokan harinya Bang Afiat membawa sebungkus Cookies Ginger (kue khas
yang hanya ada jika menjelang natal) dia menawarkannya padaku, tanpa pikir
panjang akupun langsung memakannya, ditengah-tengah diskusi yang asyik aku tak
sengaja membaca ingredients Cookies tersebut dan terdapat satu kata yang
menarik perhatianku, kutanyakan kepada Bang afiat tentang arti kata itu (dalam
bahasa Jerman) karena Bang Afiat juga penasaran akhirnya dia mencari arti
katanya di Google dan jeng…. Jeng…. Itu adalah salah satu bahan dasar yang
berasal dari gelatin (kebanyakan gelatin dibuat dari sumsum babi) akhirnya dia
menyimpan kembali cookies tersebut dan berniat untuk membuangnya. Aku bertanya
kepadanya mengapa tidak kita berikan saja kepada teman-teman kita yang non
muslim, namun Bang Afiat memberi tahu bahwa sesungguhnya makanan haram tetaplah
haram jika dimakan siapapun, akupun mengangguk tanda menyetujui pendapatnya.
|
Jamuan Makan Malam di samping Sungai Rhein |
Lain cerita, setiap bulan institute kita memiliki
agenda untuk makan malam mewah di pinggir sungai Rhein yang indah, memang indah
pemandangannya jika saja suasana tidak sedingin itu (read winter). Acara telah
resmi dibuka saat yang ditunggu-tunggu telah datang yaitu makan gratis
sepuasnya (kecuali minum bayar sendiri karena kebiasaan mereka lebih banyak
minum dari pada makan) dari makanan pembuka, makanan utama telah aku rasakan semua kenikmatannya memang
benar-benar lezat dan bergizi (ketimbang makananku setiap hari, ceritanya
dibawah) sebisa mungkin aku tidak ambil makanan yang berbau daging kecuali sea
food, tibalah saatnya mencoba makanan penutup karena makannyaku yang paling
cepat dibandingkan Bang Afiat sehingga aku lebih dahulu mencoba desert rasanya luar biasa nikmat entah apa namanya
namun itu adalah desert paling enak yang pernah aku makan. Selang beberapa menit
Bang Afiat mengambil desert tersebut dan akupun kembali mengambilnya, disaat
aku sedang lahap-lahapnya memakan makanan itu namun tiba-tiba bang afiat
membuatku terkejut dengan mengatakan bahwa makanan ini mengandung rum (semacam
alcohol untuk makanan) sontak itu mengejutkanku “What the?” “ini enak banget
bang” kataku, “ya terserah elu ajah kalo mau dilanjutkan ya monggoh tapi gw mau
bilang ini haram karena ada rumnya” jawabnya, kecewa mungkin tapi sudah
kewajibanku untuk berhenti makan desert yang masih menumpuk di piringku (karena
aku mengambilnya kebanyakan).
|
Fare well Party Mr. Fabian |
|
Sweetest moment in Wainachtmarkt |
Beberapa kali aku diundang untuk datang di farewell
party atau juga acara kumpul-kumpul anak gaul Jerman yaitu setiap malam kamis.
Marrianne dia adalah seorang temanku di lab, dia sangat baik, saat itu dia
mengajakku untuk kumpul dengan beberapa teman lab di wainacthmarkt (Pasar Kaget
saat menjelang natal). Sebelumnya aku telah menceritakan kepada marrianne bahwa
aku tidak bisa minum Alkohol, sehingga pada saat itu dia menyarankanku untuk
memesan minuman khusus menjelang natal tanpa alkohol, tentu itu saran yang baik
akhirnya Kinda Punch adalah pilihan yang tepat untukku harganya segelas minuman
itu sekitar 2 Euro. Bercerita tentang taste minuman tersebut sedikit aneh di
lidah orang Indonesia pada umumnya, minuman itu terbuat dari sari jus bermacam
buah-buahan dengan cara dipanaskan namun ya lumayan. Konsekuensi dari
minum-minuman tersebut adalah medapatan bullion dari teman-teman lab pada saat
itu, karena memang minuman itu adalah minuman anak kecil sehingga menurut
mereka yang meminum minuman tersbut adalah anak kecil dan akupun mendapat
julukan “pussy punch” haha… aku sudah terbiasa dengan bulian ketika di
Indonesia sehingga itu tak masalah asalkan lucu buat bercandaan.
|
Menu Wajib |
Lain lagi cerita tentang makanan sehari-hari, sejak
awal kedatanganku di Eropa, aku memang sudah berniat untuk mengurangi
pengeluaran untuk makan dengan membawa beberapa lauk kering dari Indonesia.
Aku, Bang Ghiffari dan ramesh memutuskan untuk berbelanja kebutuhan seperti
beras dan beberapa lauk untuk makan malam bersama. Setiap pagi aku selalu
menyiapkan bekal yang aku bawa untuk makan siang, hamper setiap hari lauknya
sama dan tidak jauh dari yang namanya abon, sambel goreng tempe dan kecap
pedas. Perasaan bosan, tentu ada namun tidak aka nada manis yang dirasakan
diawal meskipun seperti itu aku juga harus banyak-banyak bersyukur karena
banyak sekali orang-orang baik yang mau mentraktirku makan siang dari Bang
Afiat, Mbak Ajeng dan Pak Taufik (Alhamdulillah rejeki anak sholeh). Itu adalah
makan siang, bagaimana dengan makan pagi dan makan malam? Ya, makan pagi karena
sudah terbiasa tidak sarapan sehingga sudah seterong, namun ada kejadian lucu
makan malam bersama dengan teman kontrakan. Pada saat kita bertiga semua
berjalan normal, namun keanehan mulai terjadi pada saat Bang Ghiffari memutuskan
untuk pulang ke Palembang. Aku bertugas untuk membereskan semua peralatan dan
mencucinya sedangkan temanku bertugas untuk memasak, sempat ada beberapa
kejadian yang membuatku was-was. Pada suatu malam dia sudah selesai memasak dan
kamipun siap untuk menyantap makanan tersebut, namun dia sedang memanaskan
sesuatu di dapur dengan berpositif thinking aku pun mendahului dia dengan
mengambil sedikit sayur yang telah dia buat, dia datang dengan membawa masakan
yang tadinya aku kira daging sapi, betapa terkejutnya ketika aku tahu bahwa itu
adalah pork tentu aku tidak melanjutkannya. Dia telah mengetahui bahwa orang
muslim dilarang memakan babi namun dia tidak mengerti tentang lainnya, yaitu
ketika dia mencapur spatula yang dia gunakan menggoreng daging tadi kedalam
sayuran yang awalnya halal…. “Oh My God, kenapa tadi aku ambil sedikit, damn”
dalam hati. Dia menyuruhku untuk menghabiskan sayuran tersebut, namun dengan
alas an sudah kenyang aku menolaknya, padahal masih lapar :’(. Sempat aku
menjelaskan kepadanya namun dia tidak juga mengerti sehingga aku putuskan
memasak sendiri pada malam hari (kita bercerai dalam membeli kebutuhan pokok),
karena basik aslinya aku suka untuk mencampur dan mencoba sesuatu (bukan suka
memasak) akhirnya aku berhasil membuat suatu resep makanan yang paling enak
yang pernah aku buat, namanya saja tidak tahu namun rasanya luaar biasa (tapi
pada saat itu dalam keadaan lapar banget, jika nggak kayanya ga bakal dimakan)
salah satu makanan yang aku kreasikan berbahan antara lain Jamur, kacang polong merah,
bawang bombai, bawang merah, saus spageti, susu krimmer, gula, garam, dan
kentang (sudah bisa membayangkan rasanya bagaimana?hehe).
|
Kreasi Masakan Hasil Campur Mencampur |